Friday, October 25, 2013
Melayu akan Hilang
Thursday, July 25, 2013
Hang Tuah - Kisah Sebenar
Tuah dah Jebat telah berkhidmat dgn Kerajaan Melaka, bermula dari Sultan Mansur Shah. hangTuah adalah seorang imam perang yang taat pada raja, perpegang teguh pada agama berlandaskan ajaran Sufi. Hang Tuah berasal dari Wajo, berdarah Bugis bertitisan Arab. DI awal riwayat, HangTuah tinggal bersama Hang Mahmud dan Dang Merduwati di bentan, dan tinggal di Kampung Sungai Duyung Bintan. Hang Tuah tinggal disitu sehinggalah beliau remaja kemudian pindah ke tapak baru iaitu Sungai Kumbang Naga lalu ditukar namanya kepada Sungai Duyung sempena nama Sungai Duyung di Bintan.
Hang Tuah mula berkhidmat di bawah kerajaan Sultan Mansur Shah di mana beliau bersahabat dgn pahlawan2 handalan seperti Hang Jebat, menjaga keamanan negara. Hang Jebat adalah seorang Panglima Sultan Mansor Syah yang merupakan Datuk Bentara Kanan. Kemangkatan Hang Jebat telah mengecewakan HangTuah, lalu beliau ke Narai d'Ayuthai demi memperhalusi agama dan terus ke tanah suci Mekkah menunaikan Rukun Islam ke 5.
Bila HangTuah pulang ke Melaka, beliau dapati jawatan 'Laksmana' nya telah diganti dgn seorang pahlawan bugis yangdikenali sebagai 'Daeng Mempawah'.
HangTuah terus berkhidmat dibawah kerajaan Sultan Mansur Shah (1459 to 1477), Sultan Alaudin Ria'at Shah hingga ke SUltan Mahmud (1488–1511) berlawan dgn Purtuguese bersama-sama dgn Khoja Hassan dan Hang Nadim (Hang Nadim lahir dari pasangan Hang Jebat dan Dang Wangi atau Dang Inangsih Sayyid Thanaudin. ) sehingga mangkat nya Tun Perak membuat HangTuah membawa diri...
Wednesday, July 24, 2013
Variasi Laksmana Hang Tuah
Thursday, July 18, 2013
Sunday, July 14, 2013
Ramadhan Singapura 2013
Kisah keanihan nafsu Sultan Mahmud Shah II beristerikan Jin
Saturday, July 6, 2013
Tokoh terkenal Bugis Makassar yang tidak dikenali
Safiatuddin dinobatkan sebagai Sultanah yang memimpin kerajaaan Aceh (1641-1675). Terjadi pertentangan di kalangan pembesar di Aceh dalam masa penobatannya. Hal ini disebabkan Sultan Iskandar Thani tidak memiliki putra dan pertentangan kelayakan seorang perempuan menjadi pemimpin dalam pandangan Islam. Setelah melalui musyawarah dan ikut campurnya ulama terkemuka yaitu Teungku Abdurrauf As Singkili (Syiah Kuala) yang menyarankan pemisahan antara masalah agama dengan pemerintahan. Akhirnya Safiatuddin Syah dinobatkan menjadi Sultanah wanita pertama.
Thursday, July 4, 2013
Laksamana Hang Nadim
Laksamana Hang Nadim was a warrior of the Johor-Riau during the Portuguese occupation of Malacca. After the fall of Malacca to the Portuguese in 1511, Sultan Mahmud withdrew from Teloh Naming to Ulu Muar, then settled in Pagoh and Bentayan. Sultan Mahmud and his descendants built up the Johor Sultanateas the basis of Johor-Riau Empire based in Johore, the Riau Islands, Pahang and all those parts of the old Malacca Sultanatewhich was not occupied by the Portuguese. Although Malacca had fallen to the Portuguese, Sultan Mahmud and his son Sultan Ahmad had continuously sent his army to attack the Portuguese in Malacca from 1511 till 1526. Sultan Mahmud died in Kampar, Sumatra in 1528 and was known as Marhum Kampar. [1]
Appointment as Laksamana
When Laksamana Khoja Hassan died, Hang Nadim was appointed as the newLaksamana. Hang Nadim assisted Sultan Mahmud in the two attempts he made to recover his throne in 1519 and 1524.
In 1516, Hang Nadim attacked Malacca with the hope of recapturing it from the Portuguese, but the attack was unsuccessful. In 1524, Hang Nadim also besieged Malacca in the hope of preventing food reaching the town. The Portuguese were relieved by reinforcements from Goa.
Hang Nadim proved his leadership and heroism by defeating the Portuguese when they attacked Bintan and Kopak. His gallantry was highly esteemed by the Malays and the repeated attacks he mounted on the Portuguese weakened their fighting spirit and badly damaged their trade in Malacca.
Swordfish
In Sejarah Melayu, Hang Nadim (Jawi: هڠ نديم) was a Malay boy of great wisdom who saved Temasek, now called Singapore, from attack by shoals of swordfish, attacks which cost many indigenous Malays their lives. It is mentioned in the traditional accounts that the attack was a curse because the reigning Sri Maharaja had ordered the death of a pious man called Tun Jana Khatib. The name Khatib Camp off Sembawang Road,Singapore is derived from this name. It is said that Khatib Camp is where the execution of Tun Jana Khatib took place.To fend off the attacks, Hang Nadim advised the ruler of Temasek, the Sri Maharaja to build a wall of banana stems along the shores of Temasek. The effort was successful as the swordfishes' snouts were trapped by the barricade of banana stems.[1]
According to legend, the place Tanjong Pagar in modern day Singapore takes its name from the barricade. In the Malay language, tanjong pagar or tanjung pagarmeans "cape of stakes".
The boy's contribution earned him great respect as well as envy in the royal court. This made several individuals in the royal court fear the possibility that Hang Nadim might threaten their influence. In the end, they convinced the local ruler to execute the boy, and he was thrown into the sea. He was only seven years old at the time of death.
Also well known is Laksamana Hang Nadim, the son of Hang Tuah[2] and a Malay warrior who on several occasions tried to recapture Melaka (Malacca) from the Portuguese. The Royal Malaysian Navy's Laksamana-class corvette KD Hang Nadim is named after Laksamana Hang Nadim.[3]
Wednesday, July 3, 2013
Pantun Ramadhan
~ Jodoh bicara di cyber saja
~ Tiupan angin, barmadah purba
~ Sepadu hati, getaran jwa
~ Patah sayap bertongkat dagu
~ Patah semangat, bertongkat iman
~ Hamba senyap, berlidah kelu
~ Fikirkan pantun, santapan teman
~ Tamban berenang ke dalam lubuk
~ Renang ke lukah, jadi hidangan
~ Adat sahabat, jangan berburuk
~ Berbaik sangka, hidup kan aman
Tuesday, July 2, 2013
Singa Pura
Monday, July 1, 2013
SYAIR PERANG MAKASSAR
Rahim itu sifat yang sedia
Wajiblah kita kepadanya percaya
Barang siapa yang mendapat dia
Dunia akhirat tiada berbahaya
Al-hamduli
Nyatanya dalam kalam Allah ala
Madah terkhusus bagi hak taâ ala
Sebab itulah dikarang oleh wali Allah
Setelah sudah selesai pujinya
Salawat pula akan nabi-Nya
Di sanalah asal mula tajallinya
Kesudahan tempat turun wahyunya
Muhammad itu nabi yang khatam
Mengajak ke hadrat rabbi al-alam
Sesungguhn
Dari pada pancarnya sekalian alam
Salawat itu masyhur lafaznya
Telah termazhur pada makhluknya
Allahumma salliâalai
Di sanalah nyata sifat jamalnya
Tuanku sultan yang amat sakti
Akan Allah dan rasul sangatlah bakti
Suci dan ikhlas di dalam hati
Seperti air ma’al-haya
Daulatnya bukan barang-bar
Seperti manikam yang sudah di karang
Jikalau dihadap sengala hulubalang
Cahaya durjanya gilang gemilang .
Raja berani sangatlah bertuah
Hukumannya
Segenap tahun zakat dan fitrah
Fakir dan miskin sekalian limpah .
Sultan di Goa raja yang sabar
Berbuat ‘ibadat terlalu gemar
Menjauhi nahi mendekatka
Kepada pendeta baginda belajar.
Baginda raja yang amat elok
Serasi dengan adinda di telo’
Seperti embun yang sangat sejuk
Cahayanya limpah pada segala makhluk.
Tiadalah habis gharib kata
Sempurnala
Dengan saudaranya
Seperti emas mengikat intan.
Bijaksana sekali berkata-ka
Sebab berkapit dengan pendeta
Jikalau mendengar khabar berita
Sadarlah baginda benar dan dusta.
Kekal ikrar apalah tuanku
Seperti air zamzam di dalam sangku
Barang kehendak sekalian berlaku
Tenteranya
Patik persembahk
Mohon ampun dengan karunia
Aturnya janggal banyak ta’kena
Karena ‘akalnya belum sempurna
Mohonkan ampun gharib yang fakir
Memcatatka
Maka patik pun berbuat sindir
Kepada negeri asing supaya lahir
Tuanku ampun fakir yang hina
Sindirnya tidak betapa bena
Menyatakan
Supaya tentu pada segala yang bijaksana.
Maka patik berani berdatang sembah
Harapkan ampun karunia yang limpah
Tuanku ampuni hamba Allah
Karena aurnya banyak yang salah.
Tamatlah sudah memuji sultan
Tersebutla
Kornilis Sipalman penghulu kapitan.
Raja Palakka jadi panglima.
Demikian asal mula pertama
Welanda dan Bugis bersama-sa
Kornilis Sipalman ternama
Raja Palakka menjadi panglima.
Berkampung
Berkatalah
Jikalau alah Mengkasar nin habis
Tunderu’ kelak raja di Bugis.
Setelah didengar oleh si Tunderu’
Kata jenderal Welanda yang mabuk
Berbangkit
Betalah kelak di medan mengamuk.
Akan cakap Bugis yang dusta
Sehari kubedil robohlah kota
Habis kuambil segala harta
Perempuan yang baik bahagian beta.
Jika sudah kita alahkan
Segala hasil beta persembahk
Perintah negeri kita serahkan
Kerajaan di bone’Tunde
Setelah didengar oleh jenderal
Cakap Tunderu’ orang yang bebel
Disuruhnya
Seorang kapitan dijadikan amiral.
Putuslah sudah segala musyawarat
Welanda dan bugis membawa alat
Beberapa senapang dengan bangat
Sekalian soldadu di dalam surat.
Tujuh ratus enam puluh soldadu yang muda-muda
Memakai kamsol cara Welanda
Rupanya sikap seperti Garuda
Bermuatlah
Delapan belas kapal yang besar
Semuanya habis menarik layer
Turunlah angin barat yang besar
Sampailah ia ke negeri Mengkasar.
Di laut Barombong kapal berlabuh
Kata si Bugis nati dibunuh
Jikalau raja yang datang menyuruh
Semuanya tangkap kita perteguh
Pada sangkanya Bugis dan Welanda
Dikatanya takut gerangan baginda
Tambahan Bugis orang yang bida’ah
Barang katanya mengada-ng
Segala ra’yat yang melihat
Ada yang suka ada yang dahsat
Sekalian rakyat berkampung
Masuk mengadap duli hadrat.
Daeng dank are masuk ke dalam
Mengadap duli mahkota ‘alam
Berkampung
Akan titah baginda sultan
Siapatah baik kita titahkan
Tanyakan kehendak Welanda syaitan
Hendak berkelahi kita lawan.
Menyahut baginda Karaeng Ketapang
Karaeng we jangan hatimu bimbang
Jikalau Welanda hendak berperang
Kita kampungkan
Dititirlah
Bunyinya gemuruh seperti tagar
Berhimpunl
Adalah geger negeri Mengkasar.
Bercakapla
Mencabut sunderikya
Barang di mana ketumbukan
Daripada tertawan remaklah habi
Karaeng garasi’ raja yang tua
Barcakap di hadapan anakanda ke dua
Barang kerja akulah bawa
Karena badanku pun sudahlah tua.
Karaeng Bonto Majanang saudara Sultan
Sikapnya seperti harimau jantan
Barang ke mana patik dititahkan
Welanda dan Bugis saja kulaawan.
Bercakap pula Karaeng Jaranika
Merah padam warnanya muka
Welanda Bugis anjing celaka
Haramlah aku memalingka
Karaeng Panjalinga
Melompat mencabut keris pandak
Jikalau undur patik nin kelak
kepada perempuan suruh tempelak.
Keraeng Bonto Sunggu raja elok
Bercakap di hadapan Raja Telo’
Biarlah patik menjadi cucuk
Welanda dan Bugis saja kuamuk.
Keraeng Balo’ raja yang muda
Bercakap di hadapan paduka kakanda
Jikalau sekad[ar] Bugis dan Welanda
Barang dititahkan
Akan cakap Keraeng Sanderabon
Mencabut sunderik baru dicanai
Jikalau sekadar Sopeng dan Bone
Tambah lagi Sula’ dengan Burne.
Jikalau ia mau kemari
Sekapur sirih ia kuberi
Jikalau Allah sudah memberi
Si la’nat Allah kita tampari.
Bercakap bage Keraeng Mandale
Ia berkanjar mencabut sunderik
Berdiri melompat seraya bertempik
Barang di mana dititahkan
Keraeng Mamu berani sungguh
Bercakap dengan kata yang teguh
Jikalau patik bertemu musuh
Pada barang tempat hambah bertutuh.
Catatan: syair ini ditulis oleh Encik Amin, Seke