Monday, July 1, 2013

SYAIR PERANG MAKASSAR


 

Rahim itu sifat yang sedia 

Wajiblah kita kepadanya percaya 

Barang siapa yang mendapat dia 

Dunia akhirat tiada berbahaya 

 

Al-hamduliâllah tahmid yang ajla 

Nyatanya dalam kalam Allah ala 

Madah terkhusus bagi hak taâ ala 

Sebab itulah dikarang oleh wali Allah 

 

 

Setelah sudah selesai pujinya 

Salawat pula akan nabi-Nya 

Di sanalah asal mula tajallinya 

Kesudahan tempat turun wahyunya 

 

Muhammad itu nabi yang khatam 

Mengajak ke hadrat rabbi al-alam 

Sesungguhnya dahulu nyatanya (kelam) 

Dari pada pancarnya sekalian alam 

 

Salawat itu masyhur lafaznya 

Telah termazhur pada makhluknya 

Allahumma salliâalaihi akan agamanya 

Di sanalah nyata sifat jamalnya 

 

Tuanku sultan yang amat sakti 

Akan Allah dan rasul sangatlah bakti 

Suci dan ikhlas di dalam hati 

Seperti air ma’al-hayati. 

 

Daulatnya bukan barang-barang 

Seperti manikam yang sudah di karang 

Jikalau dihadap sengala hulubalang 

Cahaya durjanya gilang gemilang . 

 

Raja berani sangatlah bertuah 

Hukumannya ‘adil kalbunya murah 

Segenap tahun zakat dan fitrah 

Fakir dan miskin sekalian limpah . 

 

Sultan di Goa raja yang sabar 

Berbuat ‘ibadat terlalu gemar 

Menjauhi nahi mendekatkan amar 

Kepada pendeta baginda belajar. 

 

Baginda raja yang amat elok 

Serasi dengan adinda di telo’ 

Seperti embun yang sangat sejuk 

Cahayanya limpah pada segala makhluk. 

 

Tiadalah habis gharib kata 

Sempurnalah baginda menjadi sultan 

Dengan saudaranya yang sangat berpatutan 

Seperti emas mengikat intan. 

 

Bijaksana sekali berkata-kata 

Sebab berkapit dengan pendeta 

Jikalau mendengar khabar berita 

Sadarlah baginda benar dan dusta. 

 

Kekal ikrar apalah tuanku 

Seperti air zamzam di dalam sangku 

Barang kehendak sekalian berlaku 

Tenteranya banyak bersuku-suku 

 

Patik persembahkan suatu rencana 

Mohon ampun dengan karunia 

Aturnya janggal banyak ta’kena 

Karena ‘akalnya belum sempurna 

 

Mohonkan ampun gharib yang fakir 

Memcatatkan asma di dalam sya’ir 

Maka patik pun berbuat sindir 

Kepada negeri asing supaya lahir 

 

Tuanku ampun fakir yang hina 

Sindirnya tidak betapa bena 

Menyatakan asma raja yang ghana 

Supaya tentu pada segala yang bijaksana. 

 

Maka patik berani berdatang sembah 

Harapkan ampun karunia yang limpah 

Tuanku ampuni hamba Allah 

Karena aurnya banyak yang salah. 

 

Tamatlah sudah memuji sultan 

Tersebutlah perkataan Welanda syaitan 

Kornilis Sipalman penghulu kapitan. 

Raja Palakka jadi panglima. 

 

Demikian asal mula pertama 

Welanda dan Bugis bersama-sama 

Kornilis Sipalman ternama 

Raja Palakka menjadi panglima. 

 

Berkampunglah Welanda sekalian jenis 

Berkatalah Jendral Kapitan yang bengis 

Jikalau alah Mengkasar nin habis 

Tunderu’ kelak raja di Bugis. 

 

Setelah didengar oleh si Tunderu’ 

Kata jenderal Welanda yang mabuk 

Berbangkitlah ia yang duduk 

Betalah kelak di medan mengamuk. 

 

Akan cakap Bugis yang dusta 

Sehari kubedil robohlah kota 

Habis kuambil segala harta 

Perempuan yang baik bahagian beta. 

 

Jika sudah kita alahkan 

Segala hasil beta persembahkan 

Perintah negeri kita serahkan 

Kerajaan di bone’Tunderu’ pohonkan 

 

Setelah didengar oleh jenderal 

Cakap Tunderu’ orang yang bebel 

Disuruhnya berlengkap segala kapal 

Seorang kapitan dijadikan amiral. 

 

Putuslah sudah segala musyawarat 

Welanda dan bugis membawa alat 

Beberapa senapang dengan bangat 

Sekalian soldadu di dalam surat. 

 

Tujuh ratus enam puluh soldadu yang muda-muda 

Memakai kamsol cara Welanda 

Rupanya sikap seperti Garuda 

Bermuatlah ke kapal barang yang ada. 

 

Delapan belas kapal yang besar 

Semuanya habis menarik layer 

Turunlah angin barat yang besar 

Sampailah ia ke negeri Mengkasar. 

 

Di laut Barombong kapal berlabuh 

Kata si Bugis nati dibunuh 

Jikalau raja yang datang menyuruh 

Semuanya tangkap kita perteguh 

 

Pada sangkanya Bugis dan Welanda 

Dikatanya takut gerangan baginda 

Tambahan Bugis orang yang bida’ah 

Barang katanya mengada-ngada. 

 

Segala ra’yat yang melihat 

Ada yang suka ada yang dahsat 

Sekalian rakyat berkampung musyawarat 

Masuk mengadap duli hadrat. 

 

Daeng dank are masuk ke dalam 

Mengadap duli mahkota ‘alam 

Berkampunglah segala kaum Islam menantikantitah Syahi ‘alam. 

 

Akan titah baginda sultan 

Siapatah baik kita titahkan 

Tanyakan kehendak Welanda syaitan 

Hendak berkelahi kita lawan. 

 

Menyahut baginda Karaeng Ketapang 

Karaeng we jangan hatimu bimbang 

Jikalau Welanda hendak berperang 

Kita kampungkan sekalian orang. 

 

Dititirlah nobat gendering pekanjar 

Bunyinya gemuruh seperti tagar 

Berhimpunlah ra’yat kecil dan besar 

Adalah geger negeri Mengkasar. 

 

Bercakaplah baginda Keraeng Popo 

Mencabut sunderikyang amat elok 

Barang di mana ketumbukan si Tunderu’ 

Daripada tertawan remaklah habi 

 

Karaeng garasi’ raja yang tua 

Barcakap di hadapan anakanda ke dua 

Barang kerja akulah bawa 

Karena badanku pun sudahlah tua. 

 

Karaeng Bonto Majanang saudara Sultan 

Sikapnya seperti harimau jantan 

Barang ke mana patik dititahkan 

Welanda dan Bugis saja kulaawan. 

 

Bercakap pula Karaeng Jaranika 

Merah padam warnanya muka 

Welanda Bugis anjing celaka 

Haramlah aku memalingkan muka. 

 

Karaeng Panjalingang raja yang bijak 

Melompat mencabut keris pandak 

Jikalau undur patik nin kelak 

kepada perempuan suruh tempelak. 

 

Keraeng Bonto Sunggu raja elok 

Bercakap di hadapan Raja Telo’ 

Biarlah patik menjadi cucuk 

Welanda dan Bugis saja kuamuk. 

 

Keraeng Balo’ raja yang muda 

Bercakap di hadapan paduka kakanda 

Jikalau sekad[ar] Bugis dan Welanda 

Barang dititahkan patiklah ada. 

 

Akan cakap Keraeng Sanderabon

Mencabut sunderik baru dicanai 

Jikalau sekadar Sopeng dan Bone 

Tambah lagi Sula’ dengan Burne. 

 

Jikalau ia mau kemari 

Sekapur sirih ia kuberi 

Jikalau Allah sudah memberi 

Si la’nat Allah kita tampari. 

 

Bercakap bage Keraeng Mandale 

Ia berkanjar mencabut sunderik 

Berdiri melompat seraya bertempik 

Barang di mana dititahkan patik. 

 

Keraeng Mamu berani sungguh 

Bercakap dengan kata yang teguh 

Jikalau patik bertemu musuh 

Pada barang tempat hambah bertutuh. 

 

Catatan: syair ini ditulis oleh  Encik Amin, Sekertaris Pribadi Sultan Hasanuddin 

No comments:

Post a Comment